Rabu, 03 Oktober 2012

Menara Merah: Buku Resep Masakan Rasa Komunis


Menjelang kejatuhan Pemerintah Kolonial di Hindia Belanda, yang bersamaan dengan meluasnya ekspansi pasukan Jepang, telah muncul gerakan-gerakan bawah tanah yang berhaluan anti fasis. Salah satunya adalah gerakan yang banyak disebut sebagai PKI Ilegal (mungkin untuk menunjukkan hubungannya dengan PKI legal yang sejak kegagalan pemberontakan 1926 dianggap sebagai organisasi politik terlarang oleh Pemerintah Kolonial Belanda). Muncul atas inisiatif Muso, tokoh PKI lama yang pernah muncul di Surabaya antara akhir tahun 1935 sampai awal 1936, gerakan ini diperkirakan amat kuat kaitannya dengan Komunis Internasional (Komintern) yang sedang giat-giatnya menggalang pembentukan Front Demokratik Melawan Fasisme.

Hampir bersamaan dengan itu, alumni-alumni PKI 1926 yang baru saja mendapatkan pembebasan bersyarat dari pembuangan di Boven Digoel, sepertinya juga tak kapok dengan kegiatan pergerakan. Sebagian dari mereka menulis buku-buku berisi kecaman terhadap imperialisme dan seruan untuk berani melawannya. Tentu saja buku-buku tersebut diedarkan secara sembunyi-sembunyi. Guna mengelabui mata Pemerintah Kolonial Belanda saat itu, buku-buku tersebut dihias dengan iklan-iklan niaga yang menarik.

Sebuah majalah ilegal bernama Menara Merah, dengan isi dan orientasi ideologi yang sejenis, juga melakukan hal yang sama. Terbit pada kisaran tahun 1939, Menara Merah beredar terbatas di antara kader-kader pergerakan dengan ukuran buku saku. Menilik namanya, tentu tak mengherankan kalau terbitan ini memuat artikel-artikel berhaluan Marxisme dan berita-berita politik internasional. Yang cukup menarik, artikel-artikel ideologis tersebut biasanya diselingi dengan artikel-artikel tentang petunjuk penggunaan mesin jahit, bahkan resep-resep masakan, sebagaimana yang memang tercantum di sampulnya.

Tentu mudah disimpulkan kalau itu adalah cara untuk mengelabui pemerintah. Namun, boleh jadi, bisa ditafsirkan bahwa petunjuk menjahit dan resep masakan yang disisipkan di antara dogma-dogma Marx itu menunjukkan kalau komunisme sangat memperhatikan sandang dan pangan, bahkan pada tingkat yang paling praktis.


(diolah dari Anton E. Lucas, One Soul One Struggle: Peristiwa Tiga Daerah, 2004)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar