Sejak secara resmi dibuka pada 28 Oktober 20012, Perpustakaan Kyai Munawar ternyata mendapat sambutan hangat dari khalayak--terutama anak-anak. Mereka berbondong-bondong datang, ingin tahu, memeriksa, melihat-lihat, dan akhirnya membaca. Tentu dengan gampang kita bisa menduga bahwa mereka tengah terjangkiti euforia; bukankah begitu biasanya anak-anak desa menyambut sesuatu yang baru pertama kali atau jarang dilihatnya? Namun, dengan sedikit membesar-besarkan hati, patut juga kita mengira-ngira bahwa setiap peradaban selalu ada titik mulanya: mereka.
Setiap tatanan selalu diawali oleh chaos.
Harap ramai, ada perpustakaan.
Bertekuk lutut dengan aksara.
Siapa yang mencintai buku, ia mencintai kesunyian.